Saat membayangkan Bali, mungkin Anda teringat pantai cantik, sawah bertingkat, atau upacara warna-warni. Namun yang membuat pulau ini benar-benar istimewa adalah tradisi spiritualnya yang terus hidup turun-temurun. Dua perayaan paling sakral yang bisa Anda saksikan adalah Galungan dan Kuningan.

Pada 2025, Galungan jatuh pada Rabu, 23 April, disusul Kuningan pada Sabtu, 3 Mei. Bagi orang Bali, ini bukan sekadar tanggal merah, melainkan pengingat kuat akan iman, keluarga, dan keseimbangan abadi antara kebaikan dan kejahatan.

Asal-usul & Makna Mendalam

Galungan menandai kemenangan Dharma (kebaikan) atas Adharma (kejahatan). Kata “Galungan” berasal dari bahasa Jawa Kuno yang berarti bertarung atau menang—sebuah dorongan untuk memperkuat energi positif dan menaklukkan sisi negatif diri.

Sepuluh hari kemudian hadir Kuningan. Namanya diambil dari kata kuning—warna yang melambangkan kemurnian dan kesejahteraan. Pada hari ini, masyarakat Bali memuliakan leluhur serta para dewa, memohon perlindungan dan berkah. Diyakini roh leluhur datang berkunjung hingga tengah hari, sehingga persembahyangan selesai sebelum siang.

Deretan penjor (tiang bambu berhias janur, buah, dan bunga) membingkai jalan, bukan sekadar cantik tapi wujud syukur dan bakti. Menurut naskah kuno Lontar Purana Bali Dwipa, Galungan pertama kali dirayakan pada tahun 882 M—sebuah tradisi yang terus lestari hingga kini.

Perayaan Masa Kini & Suasana Pulau

Meski pariwisata dan modernisasi berkembang, kesakralan Galungan dan Kuningan tetap terjaga. Persiapan dimulai berminggu-minggu sebelumnya:

  • Tumpek Wariga — memohon restu pada tanaman.

  • Sugihan Jawa — mensucikan lingkungan.

  • Sugihan Bali — pensucian diri.

Sehari sebelum Galungan, Penampahan, keluarga menyiapkan sesajen, memasak hidangan khas, dan memasang penjor. Dulu, penyembelihan babi melambangkan menaklukkan hawa nafsu; kini banyak keluarga memilih simbol lain.

Pada hari-H, pulau terasa hidup: pakaian adat, gamelan mengalun, pura dipenuhi wewangian bunga dan dupa. Suasana dipenuhi sukacita dan harapan.

Kuningan lebih tenang namun tetap memesona. Sesajen berisi nasi kuning dan simbol seperti endongan, tamyang, dan kolem—doa akan perlindungan dan berkah.

Mengapa Layak Disaksikan

  • Imersi budaya – Anda tidak sekadar menonton, tapi menyaksikan kehidupan Bali apa adanya.

  • Atmosfer magis – jalanan berhias penjor, pura bergema doa, energi positif di mana-mana.

  • Refleksi diri – sulit untuk tidak tersentuh rasa syukur dan kebersamaan yang mengisi udara.

Untuk pengalaman istimewa, pilihlah akomodasi yang dekat dengan denyut upacara. Kibarer Property menawarkan vila pilihan di seluruh Bali—dari Ubud hingga Seminyak dan Canggu. Menginap di vila pribadi saat Galungan dan Kuningan membuat Anda dekat dengan perayaan, namun tetap menikmati ketenangan dan kenyamanan.