Jakarta. Pemerintah dan bisnis dari 45 negara anggota Forum Proses Bali pada hari Jumat (25/08) membuat komitmen untuk mengadopsi Undang-Undang Perbudakan Modern Indo-Pasifik dalam upaya bersama untuk mengakhiri perbudakan modern di wilayah ini, dan semoga di seluruh dunia. Kisah Perbudakan Modern Indo-Pasifik, yang diumumkan pada saat pertemuan perdana Pemerintah Proses dan Forum Bisnis Bali di Perth, Australia, mencakup persyaratan pelaporan yang transparan dan wajib, yang akan memaksa perusahaan untuk merinci upaya pemberantasan perbudakan modern dari rantai pasokan mereka. Berbicara dalam sebuah telekonferensi eksklusif pada hari Kamis, ketua koordinator bisnis Australia dari forum dan pendiri Walk Free Foundation, Andrew Forrest, menggambarkan komitmennya sebagai "terobosan yang belum pernah terjadi sebelumnya". "[...] Hal ini akan menyebabkan keseragaman perilaku standar di sektor bisnis, itulah yang kita butuhkan untuk mengakhiri perbudakan modern di wilayah Indo-Pasifik. Saya benar-benar berpikir bahwa ini adalah terobosan besar dalam usaha untuk mengakhiri Perbudakan modern di dunia, "kata Forrest.Diskusi di antara para pemimpin bisnis utama di kawasan tersebut pada hari Kamis membawa pada pemahaman bahwa undang-undang diperlukan untuk memastikan praktik persyaratan etis dan "melindungi pekerja berisiko dan mengakhiri praktik amoral calon pegawai yang membayar biaya di muka untuk rekrutmen agensi. " Perundang-undangan tersebut akan diterapkan di masing-masing 45 negara anggota Proses Bali. Komisaris independen diharapkan ditunjuk di masing-masing negara untuk memberikan dukungan dan dorongan bagi bisnis untuk "melihat, menemukan dan melaporkan setiap perbudakan yang ditemukan dalam rantai pasokan mereka." Selanjutnya, perusahaan yang mematuhi undang-undang ini akan diberikan sertifikasi untuk praktik bisnis yang bertanggung jawab, untuk membantu memberi insentif kepada lebih banyak bisnis guna membantu menyelesaikan perbudakan modern. Menurut Forrest, tantangan utama bagi bisnis adalah untuk menerima bahwa ada peluang dalam usaha kolektif untuk memberantas jenis pelecehan ini. "Tapi begitu para pemimpin bisnis melihat bahwa hal itu tidak mengancam, bahwa hal itu tidak akan merusak reputasi mereka [...] pemimpin bisnis benar-benar terlibat [dalam penyebabnya]," kata Forrest. Eddy Sariaatmadja, ketua umum bisnis forum dan ketua Emtek Group, mengatakan bahwa yang paling penting adalah "mengakui bahwa perbudakan modern juga terjadi di negara kita." "Saya pikir penting untuk percaya pada kebajikan apa yang sedang kita lakukan, bahwa usaha kita, jika berhasil, akan menghasilkan manfaat sosial dan ekonomi yang sangat besar bagi masyarakat di seluruh dunia," katanya. Isu perbudakan modern belum eksklusif untuk negara berkembang - negara maju seperti Australia juga telah mengalami masalah ini. Pertemuan di Perth telah menunjukkan kemajuan ekstensif yang dapat dilakukan oleh pemerintah dan bisnis melalui kolaborasi yang efektif. Baca selengkap nya di : https://jakartaglobe.id