Latar Belakang Gunung Agung

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari 17.508 pulau dan memiliki antara 139 hingga 400 gunung berapi, beberapa di antaranya berada di wilayah terkenal yang disebut “Cincin Api” (USA Today, 2017). Karena tingkat aktivitas vulkanik dan seismik yang tinggi di wilayah ini, Indonesia sangat rentan terhadap letusan gunung berapi dan gempa bumi, mencakup sekitar sepertiga dari gunung berapi aktif di dunia (US Geological Survey Earthquake Hazards Program).

Saat ini terdapat 127 gunung berapi aktif yang dipantau oleh ahli seismologi pemerintah. Di Bali sendiri terdapat empat gunung berapi yaitu Agung, Merbuk, Batur, dan Bratan (The Economist, 2017). Sejak November 2017, berita lokal maupun internasional ramai membahas aktivitas Gunung Agung. Terletak sekitar 70 km di timur laut Kuta, pusat wisata populer di Bali selatan Gunung Agung merupakan gunung stratovolkano dengan ketinggian 3.031 meter, menjadikannya titik tertinggi di Pulau Bali. Aktivitasnya berdampak besar pada daerah sekitar, termasuk memengaruhi pola curah hujan (The Daily Express UK, 2018).

Sebelum tahun 2017, letusan terakhir terjadi pada 18 Februari 1963 setelah seratus tahun tidak aktif. Saat itu, aliran lava kental mencapai jarak 7 km dalam waktu sekitar 18-20 hari, menghancurkan banyak desa dan menewaskan sekitar 1.549 orang (Volcano Discovery, 2018).

Aktivitas Gunung Agung - 2017

Meskipun kadang mengeluarkan asap dan abu, Gunung Agung relatif tidak aktif sejak 1963 hingga 21 November 2017, saat terjadi letusan pada pukul 17.05 waktu Bali. Setelah lima kali letusan di bulan November, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menaikkan status waspada ke level tertinggi (Reliefweb, 2017). Sebelumnya, sejak Agustus, tercatat ribuan getaran kecil setiap harinya.

Bandara Internasional Ngurah Rai ditutup pada 27-29 November 2017, menyebabkan banyak penerbangan dibatalkan dan wisatawan terlantar. Letusan pada 23 dan 24 Desember tidak menimbulkan dampak besar, sehingga radius zona bahaya dikurangi dari 12 km menjadi 6 km (OCHA, 8 Jan 2018). Status siaga tetap di level VI yang berarti “bahaya”.

Aktivitas Terbaru - 2018

Pada 15 Januari 2018, terjadi letusan lagi dengan abu vulkanik mencapai 2.500 meter ke udara, radius zona bahaya tetap 6 km (OCHA, 15 Jan 2018). Pada 29 Juni, Agung kembali meletus menyebabkan bandara internasional Bali ditutup setengah hari, memengaruhi sekitar 27.000 penumpang (The Daily Express UK, 2018). Pada 2 Juli pukul 06.19, tercatat ledakan selama 3 menit 47 detik; pukul 21.00 terjadi letusan lain dengan kolom abu setinggi 2.000 meter dan lontaran batu pijar sejauh 2 km dari kawah. PVMBG mengklasifikasikan letusan ini sebagai tipe strombolian, yaitu jenis letusan eksplosif yang paling ringan.

Dampak Gunung Agung

Dampak terbesar dirasakan oleh penduduk lokal karena zona bahaya tidak mencakup kawasan wisata utama. Wilayah ini mencakup 22 desa dengan total populasi 239.231 jiwa. Gunung ini berjarak sekitar 70 km dari Kuta, dan 98% objek wisata Bali berada di luar zona tersebut (Bali Tourism Board). Namun, walaupun dampak langsung tidak terlihat, letusan Gunung Agung menurunkan jumlah kunjungan wisatawan, padahal 60% ekonomi Bali bergantung pada sektor pariwisata (Indonesia Investments, 2018).

Jumlah Evakuasi

  • 24 September 2017: sekitar 35.000 orang dievakuasi ke 238 lokasi di tujuh kabupaten (OCHA, 25 Sep 2017).

  • 25 September 2017: lebih dari 63.000 orang dievakuasi (IFRC, 27 Sep 2017).

  • 13 Oktober 2017: sekitar 138.000 pengungsi (IFRC, 13 Okt 2017).

  • 29 September 2017: lebih dari 140.000 orang dievakuasi setelah peningkatan status waspada (OCHA, 30 Okt 2017).

  • 23–24 Desember 2017: sekitar 71.000 orang masih berada di 239 lokasi pengungsian (OCHA, 26 Des 2017).

  • 14 Januari 2018: hampir 50.000 orang dievakuasi (OCHA, 15 Jan 2018).

  • 30 Januari 2018: catatan resmi menunjukkan 23.682 pengungsi (IFRC, 13 Feb 2018).

Status Saat Ini

Menurut PVMBG, aktivitas vulkanik pada Januari 2018 menurun drastis dibandingkan Desember 2017. Pada Februari, tingkat kewaspadaan diturunkan dari level VI (tertinggi). Saat ini, Volcano Observatory Notice for Aviation (VONA) berada pada tingkat oranye, sementara status waspada tetap di level III, yang berarti “siaga”. Sebagai perbandingan, level II menunjukkan bahwa gunung hanya dalam tahap pengawasan tanpa ancaman serius (The Daily Express UK, 2018).

Juru bicara PVMBG menyatakan bahwa masih terdeteksi getaran mikro, menandakan adanya pergerakan magma ke permukaan. Oleh karena itu, letusan lanjutan masih mungkin terjadi, namun perjalanan ke Bali tidak perlu dibatasi (The Daily Express UK, 2018).

Lihat apa yang sedang terjadi di Bali sekarang, meskipun semua ini terjadi.